Kamis, 01 Desember 2011

MEDALI WASIAT SANTA PERAWAN MARIA


 
“Maka tampaklah suatu tanda besar di langit,
seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan dibawah kaki-Nya
dan sebuah mahkota dari duabelas bintang di atas kepala-Nya.”
(Wahyu 12:7)
Medali Wasiat merupakan suatu tanda kasih sayang serta pemeliharaan yang dianugerahkan Bunda Maria kepada kita semua melalui pesan-Nya pada Suster Katarina. Mengenakan Medali Wasiat berarti menerima tawaran kasihnya.  
Penganugerahan medali wasiat ini terjadi pada tanggal 18 Juli 1830 di Kapel Biara Puteri-Puteri Kasih di 140 Rue du Bac, Paris, Perancis.  Pada jam setengah dua belas malam terbangunlah Suster Katarina Laboure. Dengan jelas ia mendengar suara seseorang memanggil-manggil namanya hingga tiga kali, “Suster Laboure!” Tampaklah seorang anak kecil kira-kira berumur empat atau lima tahun yang berkata kepadanya, “Mari kita pergi ke gereja, menunggumu.”  
Suster Katarina segera bangkit dan bersiap-siap lalu pergi bersama anak itu yang selalu ada di sebelah kirinya dengan memancarkan sinar yang terang benderang. Pintu kapel yang terkunci langsung terbuka oleh sentuhan anak kecil itu. Keajaiban tak berhenti sampai disitu, di dalam gereja semua lilin dan lampu telah menyala, seolah-olah telah disiapkan untuk Misa. Anak itu menuntunnya ke altar. Suster Katarina berlutut kira-kira setengah jam lamanya. Tiba-tiba terdengar olehnya gemerisik gaun sutera. Anak itu berbisik, “Santa Maria ingin berbicara kepadamu. Di sebelah altar, turunlah Santa Maria. Setelah berlutut di hadapan Sakramen Maha-Suci, Bunda Maria duduk di kursi Pastor. 

“Dengan satu langkah saja,” kata Suster Katarina, “Aku berada di dekatnya. Tanganku bertumpu di atas lutut Santa Maria. Itulah saat yang paling membahagiakan dalam hidupku.” Selama dua jam Santa Maria bercakap-cakap dengan Suster Katarina mengenai tugas yang hendak diberikan Tuhan kepada Suster Katarina  serta kesulitan-kesulitan yang akan dialaminya dalam mengerjakan tugas itu. Setelah Santa Maria pergi, anak kecil tadi mengantarkan Suster Katarina kembali ke ruang tidur. Terdengarlah lonceng berbunyi dua kali tetapi Suster Katarina tidak dapat tidur lagi.

Tanggal 27 November 1830 jam setengah enam sore, Suster Katarina dan para suster pergi ke Kapel untuk bermeditasi. Samar-samar terdengar gemerisik gaun sutera. Suster Katarina mengarahkan pandangannya ke altar dan di sana ia melihat Santa Perawan Maria berdiri di atas sebuah bola besar. Gaun sutera Maria bersinar kemilau. Kerudung putihnya panjang hingga ke kaki. Di bawah kerudung kepalanya, ia mengenakan sehelai renda untuk mengikat rambutnya. Sebuah bola emas dengan salib di atasnya ada ditangannya. Santa Maria menengadah mohon berkat Tuhan bagi benda itu.

Lalu tampaklah pada jari-jemarinya cincin permata yang beraneka warna dan sangat indah. Limpahan kemulian demikian terang hingga bola besar tempat Maria berpijak tidak tampak lagi. Suster Katarina mengerti bahwa sinar cahaya melambangkan rahmat yang dilimpahkan bagi mereka yang mencarinya; mutiara-mutiara di jari-jemari Bunda Maria yang tidak memancarkan sinar melambangkan rahmat bagi jiwa-jiwa yang lupa memintanya. Kemudian bola itu menghilang. Tangan Maria terentang ke bawah dan terbentuklah suatu bingkai yang lonjong dengan kata-kata mengelilingi kepalanya: 

“O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”

Santa Perawan Maria berkata, “Inilah lambang karunia yang kulimpahkan kepada orang-orang yang memintanya kepadaku. Suruhlah membuat sebuah medali menurut bentuk ini. Barangsiapa mengenakannya akan menerima karunia yang besar, terutama jika medali ini dikenakan pada lehernya.” Kemudian berbaliklah gambar tersebut dan tampaklah gambar bagian belakang medali. Yaitu huruf “M” dengan sebuah salib di atasnya. Huruf M terletak di atas sebuah palang di mana di bawahnya terdapat dua buah hati. Hati yang pertama dilingkari mahkota duri - hati Yesus. Hati yang kedua tertusuk pedang - hati Maria. Penjelasannya amat sederhana. Kita umat Kristen telah ditebus oleh Tuhan yang telah disalibkan di hadapan ibu-Nya, Maria Ratu Para Martir. Dua belas bintang mengelilingi penampakan tersebut.

Bunda Maria memberitahu Suster Katarina cara untuk mengusahakan medali itu ada. Suster Katarina diminta untuk menemui Pastor Jean Marie Aladel. Semula Pastor Aladel tidak percaya akan apa yang dikatakan Suster Katarina. Namun dua tahun kemudian dia akhirnya pergi juga kepada Uskup Agung Quelen di Paris. Tanggal 20 Juni 1832 Uskup Agung Quelen memerintahkan agar segera dibuat 2000 Medali. 

Ketika Suster Katarina menerima medalinya, ia berkata, "Sekarang medali ini harus disebarluaskan." Devosi kepada medali yang dianjurkan oleh Suster Katarina secara ajaib menyebar dengan cepat. Pertobatan dan mukjizat-mukjizat yang terjadi melalui Medali Santa Perawan Maria tak terhitung banyaknya. Sehingga, nama resmi yang diberikan kepada  medali tersebut "Medali dari Yang Dikandung Tanpa Dosa"  segera dilupakan orang. Mereka lebih suka menyebutnya Miraculous Medal (Medali Ajaib) atau di Indonesia disebut Medali Wasiat.

Kesaksian mengenai medali wasiat oleh Suster Katarina ini telah dinyatakan benar terjadi oleh Komisi Khusus yang ditunjuk oleh Bapa Uskup Agung pada tahun 1836. Komisi itu menyatakan bahwa penampakan Santa Perawan Maria di Kapel Biara Puteri-Puteri Kasih di 140 Rue du Bac, Paris, Perancis adalah suatu kebenaran. Untuk mendownload Doa Novena Medali Wasiat Santa Maria ini dapat mengklik link dibawah ini.



"O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”