Selasa, 06 Desember 2011

Gua Maria Bunda Kristus Tebar Kamulyan, Subang

PADA MULANYA kawasan Kota Subang terdiri dari hutan karet, tak terkecuali daerah yang saat ini menjadi kawasan Gereja Katolik Subang. Konon menurut cerita warga, dahulu di situ terdapatlah jalan setapak yang di salah satu sisi ditumbuhi satu pohon beringin besar yang sering digunakan sebagai pusat pemujaan pada Dewi Pohaci. Yaitu dengan cara membakar batang padi (“merang”) serta memberi sesembahan berupa kelapa muda, makanan serta uba-rampe. 



Di tanah Pasundan Dewi Pohaci dipercaya oleh sebagai lambang kelembutan, kesuburan dan perlawanan terhadap kekerasan. Pemujaan terhadap Dewi-dewi diyakini sebagai pewahyuan Tuhan kepada semua bangsa dalam bentuk yang paling sederhana. Selanjutnya kebiasaan dan pemikiran itu diwujudkan dalam berbagai ritus. Itulah sekilas cerita yang beredar di masyarakat  sekitar lokasi .

Awal keberadaan Gua Maria di Paroki Subang sekitar tahun 1985 atas prakarsa dari Perkumpulan Remaja Katolik Subang (PRKS) dan diresmikan oleh Uskup Bandung Mgr. A.S. Djaja Siswaja, Pr.  Beberapa pemuka Jemaat Subang mulai kala itu memanfaatkan Gua Maria yang ada sebagai tempat berdevosi kepada Bunda Maria, agar tidak perlu jauh-jauh sekaligus untuk menyemangati umat yang ada di Paroki Subang. Kesan dari para peziarah yang sudah beberapa kali datang ke Gua Maria Paroki Subang menyatakan bahwa umumnya doa-doa mereka terkabul.

Paroki Subang mengadakan Doa Rosario tiap Malam Jum’at Kliwon pukul 00.00, sambil sarasehan memperbincangkan perkembangan Paroki Subang. Dari hasil sarasehan itu para pemuka Jemaat yang didukung oleh Pastor Agustinus Made, OSC yang pada saat itu sebagai pastor Paroki Subang berprakarsa untuk membenahi tempat ziarah Gua Maria Subang dan menggiatkan devosi kepada Bunda Maria. Upaya itu diwujudkan dengan Doa Rosario di Gua Maria satu minggu sekali setiap hari Rabu pada jam 7 malam, dengan intensi khusus agar bisa membangun sarana Ziarah Gua Maria dan Jalan Salib yang representatif. Pada akhirnya beberapa pemuka jemaat mengadakan konsultasi kepada salah seorang arsitek di Bandung (Bpk. Ir. Subagio). Beliau menyarankan agar letak Gua Maria berada pada titik pusat diorama kisah sengsara Tuhan Yesus (Jalan Salib).

Sebagai langkah lanjut agar rencana pembangunan  Gua Maria dan Jalan Salib dibentuklah Kepanitiaan yang diketuai oleh Bapak Yohanes Senadjaja. Panitia mulai menggalang dana dari jemaat Subang sendiri dan di luar Paroki.
Menandai awal pembangunan Gua Maria dan Jalan Salib dilakukan peletakan Batu Pertama pada hari Kamis, 15 September 2005 oleh Pastor Agustinus Made OSC. Selama pembangunan berlangsung kegiatan Rosario/ Novena dan tirakat tiap Rabu malam dan Malam Jum’at Kliwon. Khusus untuk kegiatan Malam Jum’at Kliwon selalu disertai tradisi “Ngaliwet” ( makan nasi liwet bersama ) sambil sarasehan.

Pada tanggal 23 Maret 2006 Malam Jum’at Kliwon, disepakati nama tempat ziarah di Subang adalah” GUA MARIA BUNDA KRISTUS “TEBAR KAMULYAN”. Latar belakang berkaitan dengan nama dimaksud adalah : pertama Patung Bunda Maria yang digunakan adalah Patung Bunda Kristus; Paroki Subang nama pelindungnya Kristus Sang Penabur, Sebagai seorang Penabur mempunyai tugas untuk menebar, dan yang ditebar adalah sesuatu yang bersifat agung atau mulia. Kata “TEBAR” diartikan juga sebagai singkatan dari keTEnangan BARu dan “KAMULYAN” singkatan dari KArep MULus kalaYANan” yang artinya “Keinginan/ kehendak dengan tanpa aral melintang akan terpenuhi atau terkabul.” Secara utuh arti nama dari “TEBAR KAMULYAN” bermakna menebarkan atau melimpahkan Keagungan.

Pada awal April 2006 Pembangunan Gua Maria dan Jalan Salib sudah selesai 90%, maka tepat pada hari Jum’at tgl. 7 April 2006 diadakan upacara Pemindahan Patung Bunda Maria dengan adat sunda. Upacara ditutup dengan Misa Agung didepan Gua Maria yang dipimpin oleh Pastor Agustinus Made.OSC.

Tiap Kamis malam jam 19.00 ( 7 malam) diadakan Doa Rosario, khusus untuk hari Kamis malam Jum’at Kliwon jam 23.00 (11 malam) diadakam Misa Tirakatan yang biasanya usai Misa seluruh jemaat yang hadir diundang untuk bersama-sama menikmati nasi liwet (kebiasaan tradisi ngaliwet di Paroki Subang) .

Peziarah dari luar Subang mulai berdatangan, terlebih setelah kebaradaan tempat ziarah di Subang ini dimuat di majalah Komunikasi terbitan Keuskupan Bandung.. Seminggu setelah peresmian Gedung Gereja Katolik Subang, Bpk. Uskup Bandung, Mgr. Johannes Pujasumarta mengadakan kunjungan Pastoralnya ke Subang. Beliau menyarankan agar nama Gua Maria Subang diubah menjadi “Taman Doa” sehingga menjadi “Taman Doa Bunda Kristus TEBAR KAMULYAN” supaya tidak timbul kerancuan makna di masyarakat sekitar Gereja maupun para pemangku kebijakan di Subang. Karena pada umumnya, istilah "Gua Maria" dikonotasikan sebagai tempat wisata.
(Artikel diolah dari http://tebarkamulyansubang.blogspot.com)  oleh http://ziarah-santa-maria.blogspot.com

Data lokasi dan informasi lebih lanjut:
GUA MARIA  (TAMAN DOA) BUNDA KRISTUS TEBAR KAMULYAN

Alamat: Kompleks Gereja Kristus Sang Penabur, Jl. A. Nata Sukarya No.18 Cikalapa, Subang, Jawa Barat Telp. (0260) 421805.
Rute:
Bandung - Subang, perempatan kota Subang belok kanan, lurus lewat alun-alun, depan gereja Maranatha ambil kanan, depan SMP2 belok kanan, lewat GOR, lalu tiba di Gereja Katolik Paroki Subang.
Koordinat GPS : S6° 34' 37" E107° 45' 53.7"