Sabtu, 24 Desember 2011

Gua Maria Sendang Jatiningsih


SALAH SATU tempat peziarahan umat Katolik yang ada di Kabupaten Sleman adalah Gua Maria Sendang Jatiningsih atau yang biasa disingkat menjadi Sendang Jatiningsih. Sendang ini lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat peziarahan yang sudah begitu terkenal di Indonesia, Gua Maria Sendangsono. Gua Maria Sendang Jatiningsih berada di Dusun Jitar, Desa Sumber Arum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
 fr
Sendang Jatiningsih memiliki arti sumber air dari rahmat Tuhan yang mendatangkan kedamaian. Oleh karena itu, sendang ini bisa menjadi pilihan untuk dikunjungi bagi siapa saja yang ingin melepaskan dahaga rohaninya. Proses pembangunan Gua Maria Sendang Jatiningsih tidak terpisah dari sejarah perkembangan Gereja Katolik ke kawasan ini pada tahun 1952.

Awalnya, masyarakat Dusun Jitar Pingitan rata-rata belum beragama, mereka masih percaya hal-hal yang mistis dan kejawen. Namun sekitar tahun 1950-an, anak-anak mereka yang memeluk agama Katolik sukses dalam pendidikan dan memiliki pekerjaan yang mapan. Hal inilah yang membuat mereka tertarik sehingga memutuskan untuk memeluk agama Katolik. Pada bulan Desember 1952, salah satu penduduk lokal yang sekolah di SD Kanisius Ngapak, FX Dikin dibabtis dan menjadi Katolik. Setahun kemudian, empat rekannya, Ignatius Tentrem, P. Sapardi, B. Semin, dan Taryono dibabtis.

Dalam perkembangannya, jumlah warga yang memeluk agama Katolik semakin banyak. Setiap malam jumat mereka selalu mengadakan persekutuan. Tak hanya beribadah, mereka juga bersama-sama berlatih kesenian tradisional seperti wayang orang, ketoprak, karawitan, dan selawatan. Melihat hal tersebut, Ignatius Purwowidono menghibahkan tanahnya yang terletak di tepi Sungai Progo seluas 800m2 untuk dijadikan tempat ibadah yang beratapkan langit. Dengan swadaya umat, tempat ibadat tersebut mulai dibangun.

Untuk Gua Maria sendiri, awalnya umat hanya akan membuat dalam versi kecil dengan patung setinggi 30 cm. Namun, umat kemudian memutuskan untuk membuat gua dengan ukuran yang lebih besar dan menempatkan patung Bunda Maria yang dibuat oleh seorang pematung asal Muntilan dengan tinggi 165 cm. Batu putih berlubang yang digunakan untuk membuat gua diambil dari bebatuan yang ada di Gunungkidul.

Setelah patung Maria ditahtakan pada 15 Agustus 1986, Gua Maria Sendang Jatiningsih diberkati oleh JB Mardi Kartono, SJ pada 8 September 1986. Dalam perjalanannya, Sendang Jatiningsih tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah warga Jitar, namun mulai dikenal oleh masyarakat luas dan dijadikan sebagai tempat peziarahan. Pada tahun 1999, pengelola sendang melakukan renovasi. Kemudian, pada tanggal 17 Desember 2000, bersamaan dengan misa penutupan tahun Yubellium Agung 2000 dilakukan pemberkatan renovasi Gua Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Dr.Ig. Suharyo Pr. Sejak saat itu hingga sekarang, keberadaan Gua Maria Sendang Jatiningsih semakin dekat di hati umat Katolik.

Suasana sejuk cenderung dingin langsung terasa sejak memasuki pelataran kompleks Gua Maria Sendang Jatiningsih. Sesuai dengan namanya, Jatiningsih, tempat ziarah ini dipenuhi dengan pohon jati yang rimbun. Selain pohon jati, pohon bambu juga memenuhi hampir tiap sudut kompleks sendang. Suara air yang mengalir di Sungai Progo tidak akan mengganggu konsentrasi, melainkan menambah ketenangan suasana. 

Di sebelah kiri altar terdapat Gua Maria dengan pohon-pohon jati yang rimbun di belakangnya. Disinilah para peziarah biasanya berdoa sambil menyalakan sebatang lilin. Tak jauh dari lokasi tersebut, terdapat patung salib besar yang pelatarannya juga digunakan sebagai tempat mendaraskan doa serta perhentian jalan salib.

Disini terdapat sebuah sendang (mata air) yang airnya dialirkan melalui kran-kran. Air yang mengalir di kran ini disebut dengan nama Tirta Wening Banyu Panguripan. Peziarah menggunakan tirta wening ini untuk mencuci muka atau membawanya pulang ke rumah. Setiap bulan Maria yang jatuh pada bulan Mei dan Oktober selalu diselenggarakan misa kudus sebagai pembukaan dan penutupan bulan Maria dan bulan Rosario. Sedangkan agenda rutin yang ada di sendang ini adalah Misa Kudus setiap selasa kliwon dimulai pada pukul 20.00 WIB.

Gua Maria Jatiningsih terletak sekitar 18 km arah barat Tugu Yogyakarta, sebelum jembatan Ngapak di atas Sungai Progo. Lokasi ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Jika menggunakan angkutan umum, ambilah kendaraan jurusan Yogyakarta-Dekso dan turun di Terminal Ngapak. Dari terminal Ngapak, naik ojek atau jalan kaki ± 900 meter hingga tiba di Sendang Jatiningsih.

Dengan kendaraan pribadi, sendang ini bisa dicapai dari arah Yogyakarta maupun dari arah Sendangsono. Dari arah Bandara Adi Sucipto Anda dapat menyusuri Jalan Adi Sucipto, Jalan Godean, hingga tiba di Pasar Godean. Dari Pasar Godean Anda terus saja lurus ke barat, tak jauh dari situ Anda akan bertemu dengan terminal kosong dengan papan penunjuk arah berukuran besar bertuliskan Gua Maria Sendang Jatiningsih. Belok ke kiri dan ikuti jalan masuk, tak sampai 10 menit akan sampai di parkiran sendang.

Dari arah Magelang atau Sendangsono, ambil jalur ke arah selatan menuju perempatan Kenteng. Dari perempatan Kenteng Anda belok ke kiri, sekitar 1 km kemudian sampai jembatan Ngapak. Sekitar 500 m dari jembatan Ngapak, ada terminal kosong. Silahkan Beloklah ke kanan dan susuri jalan sekitar 900 m untuk menuju ke lokasi.

GUA MARIA SENDANG JATININGSIH
Alamat: Ds.Jlitar, Moyudan, Sleman (Sendang Sono - Yogyakarta lewat Nanggulan - Godean). Paroki St. Petrus & Paulus - Klepu, Pos Godean, Yogyakarta 55564.