Sr. FAUSTINA merasa paling bahagia bila berada di depan Sakramen Mahakudus.
"Paling banyak terang kudapat ketika beradorasi sambil berbaring dalam bentuk salib di muka Tabernakel. Waktu itu aku dapat lebih baik mengenal Tuhan dan diriku sendiri" (B.H.-I, 69). "Waktu menerima Komuni sebuah Hostia jatuh ke tanganku. Ketika Hostia itu berada di alas tanganku, aku merasakan kekuatan cinta yang sangat besar sampai-sampai sepanjang hari aku tak dapat makan dan tidak bisa segera menjadi sadar kembali. Karena aku melihat Yesus, bukannya Hostia!" (B.H.-I, 76).
Di samping devosi kepada Sakramen Mahakudus, Sr. Faustina secara khusus menghormati dan mencintai Bunda Maria yang juga sering menampakkan diri kepadanya. "Malam, ketika aku berdoa, Bunda Maria berbicara kepadaku: Hidupmu harus seperti hidupku - dalam kesunyian dan tersembunyi. Engkau harus tak henti-hentinya menyatukan diri dengan Allah dan berdoa untuk dunia dan menyiapkan dunia untuk kedatangan Tuhan yang terakhir" (B.H.-II, 83).
Dan Sr. Faustina menulis: "Semakin aku meneladani Maria, semakin dalam aku mengenal Allah (B.H.-II, 226). Dalam pcnampakan Yesus meminta kepadanya, "Siapa saja yang mendekati engkau, janganlah is pergi tanpa pengharapan pada KerahimanKu, yang Aku inginkan agar menjadi milik jiwa-jiwa. Berdoalah, sedapat mungkin untuk jiwaJiwa yang berada dalam sakrat maul. Mintalah untuk mereka pengharapan pada KerahimanKu, karena merekalah yang paling membutuhkan pengharapan itu, sementara merekalah yang paling sedikit memilikinya. Ketahuilah, bahwa rahmat keselamatan kekal untuk beberapa jiwa pada jam kematiannya tergantung dari doamu. Engkau mengenal kedalaman KerahimanKu. Sebab itu timbalah rahmat itu untuk dirimu sendiri dan terutama untuk para pendosa yang malang" (B.H.-VI, 128).
Lalu jawaban Sr. Faustina: "O, Yesus! Rinduku bernyala seperti kurban murni dan biarlah aku menghancur di hadapan takhta kediamanMu. Aku tak henti-hentinya berdoa untuk orang berdosa yang berada dalam sakrat maut" (B.H.-I, 34). la berniat: "untuk bermatiraga kecil-kecilan dan berdoa "Rosario Kerahiman" dengan tangan terentang.
Setiap hari Sabtu ia berdoa satu peristiwa rosario sambil tangan terentang. Kadang-kadang ia mengucapkan doa tertentu sambil tertiarap. Hari Kamis ia menjalankan jam silih, hari Jumat ia bermatiraga lebih hebat untuk para pendosa yang berada dalam sakrat maut. Dalam suatu penampakan, Yesus minta supaya Sr. Faustina banyak berdoa untuk jiwa-jiwa di api penyucian.
Pada suatu malam datang seorang suster yang sudah meninggal yang meminta doanya, karena ia sangat menderita di api penyucian. la berkata, "Engkau mempunyai cinta kasih yang benar terhadap sesama. Doamu banyak menolong dan jangan berhenti mendoakan jiwa-jiwa di api penyucian" (B.H.-I, 23). Tugas utama Sr. Faustina yang menyebabkan ia dipilih dan dipanggil masuk biara serta mendapat penampakan Yesus adalah usahanya menyebarluaskan devosi baru, yaitu DEVOSI KEPADA KERAHIMAN ILAHI.
Kebanyakan pcnampakan terjadi ketika Sr. Faustina berdoa di muka tabernakel atau dalam Misa Kudus. Yesus berkata: “Dalam Perjanjian Lama Aku mengutus para nabi dengan ancaman-ancaman. Sekarang Aku mengutus engkau dengan KerahimanKu kepada seluruh umat manusia. Aku tak mau menghukum manusia yang bersusah. Sebaliknya Aku mau menyembuhkan mereka sambil mendekap mereka dekat Hati-Ku yang Maharahim. Aku mempergunakan hukuman, ketika mereka memaksa Aku untuk melakukannya. Tangan-Ku tidak suka memegang pedang pengadilan. Sebelum hari pengadilan tiba, akan Kukirim hari Kerahiman" (B.H.-V, 155).
Jelas bahwa neraka tak mau tinggal diam melihat perjuangan demikian yang ditulis Beata Faustina:
"Tiga jam aku menderita dan tak ada obat yang dapat membantu meringankan penderitaanku. Kadang-kadang aku menderita begitu'hebat sampai-sampai aku pingsan. Yesus memberitahukan kepadaku bahwa dengan cara demikian, aku ikut ambil bagian dalam sengsara-Nya di Kebun Zaitun. Dan penderitaan itu diberi-Nya kepadaku untuk menyilih dosa ibu-ibu yang membunuh bayi dalam kandungan mereka. Sengsara itu sudah tiga kali saga rasakan. Tiap kali mulai jam 08.00 malam sampai jam 11.00 dan tak ada obat yang dapat mengurangi penderitaanku. Jam 11.00 sengsaraku itu hilang" (B.H.- IV, 31).
Dengan bantuan bapa rohaninya, Abdi Tuhan, Mikael Sopocko, mulailah ia menyebarluaskan DEVOSI KEPADAKERAHIMAN ILAHI. Kesehatannya makin hari makin buruk oleh penyakit paru-paru, tetapi Sr. Faustina tetap berusaha menjalankan segala tugasnya dalam biara dengan tenang dan gembira. Seluruh bidupnya dipusatkannya pada perjuangan yang tegas untuk semakin menyatukan diri dengan Allah dan untuk bekerja sama dengan Yesus melalui bermacam-macam korban dalam karya keselamatan jiwa-jiwa.
Akhirnya ia hancur secara fisik, tetapi dewasa secara rohani. Dalam keharuman kesalehan Sr. Faustina meninggal dunia pada tanggal 5 Oktober 1938. Ketika itu ia baru berumur 33 tahun, sama dengan Tuhan Yesus yang Mati di Salib untuk dunia ketika berusia 33 tahun.
Mula-mula ia dimakamkan di pekuburan biara, kemudian ketika dimulai proses beatifikasi (21 November 1965) oleh Uskup Krakow, kubur Abdi Tuhan ini, dipindahkan ke kapela biara. Dengan dekrit (1967) Kardinal Karolus Wojtyla, Uskup Krakow, kapela itu menjadi sanktuarium relikwi Abdi Tuhan Sr. Faustina. Dan pada pesta Kerahiman Ilahi, yang tahun 1993 jatuh pada hari 18 April (yaltu hari Minggu pertama sesudah Paska). Sr. Faustina mendapat gelar beata. Dan pesta Beata Faustina dirayakan pada setiap tanggal 5 Oktober.
Disadur dari:
“Rasul kerahiman Illahi (Devosi pada kerahiman Illahi)” oleh P. Ceslaus SVD, Mattaloko, Tahun 2003 dengan kutipan isi dari : Buku Harian (B.H.) Beata Faustina, “DZIENNICZEK”, Imprimatur Kraków (27 Februari 1987).
Doa Rosario Kerahiman yang disebarkan oleh Beata Faustina dapat anda peroleh dengan klik: